Numerik Al Qur’an pertama sekali digagas oleh Lukman AQ Soemabrata
(1933-1996). Dan dalam tempo yang relatif tak lama, langsung saja
pendekatan yang ditawarkannya disambut dengan antusias yang cukup
tinggi. Mungkin karena ia memang berhasil menghadirkan sisi-sisi lain
dari Al Qur’an yang sama sekali kurang tampak selama ini.
“Perhatikan
apa yang dikatakan Al Qur’an”, demikian seruan yang pernah disampaikan
oleh Ali kw. Ternyata memang benar, banyak sekali hal yang dituturkan Al
Qur’an. Hanya karena kekurangpedulian dan keterbatasan, manusia menjadi
kurang dapat mendengar apa-apa yang dikatakan oleh Al Qur’an. Namun
bila kian digali, kian nyata firman Allah:
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
“Katakanlah: “Kalau
sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (Qs: 18, 109)
Mungkin
karena sudah jenuh dengan segala pendekatan yang ada selama ini, terasa
penggalian kedalaman makna ayat-ayat terasa hanya sampai di situ-situ
saja. Tak tampak adanya penyegaran yang cukup berarti. Dan tanpa
mengecilkan arti pendekatan verbal, pendekatan numerik terasa seakan
membawa hawa baru yang ditunggu-tunggu.
Namun sebagai sesuatu
yang baru, pendekatan numerik mudah mendapat penilaian negatif,
dicurigai. Namun sejalan dengan bergulirnya waktu, pendekatan numerik
tampak semakin mendapat tempat di hati pecinta Al Qur’an. Memang sudah
menjadi karakter dasar Al-Qur’an, ia akan selalu benar tanpa menunggu
pengukuhan dari manusia. Dan pada saatnya, bila ayat-ayat dimaknai
dengan cara-cara yang tak bertanggungjawab, maka semua usaha tersebut
akan menjadi sia-sia, dan segera saja ditinggalkan orang. Ayat-ayat
hanya akan mendapat pengukuhan dan penolakan, juga, oleh ayat. Manusia
hanya bisa mengambil pelajaran dan manfaat darinya.
Dan manusia
yang berupaya mengerti makna numerik Al Qur’an mungkin saja terpeleset.
Namun bila ada kesungguhan, ia segera akan dapat mengoreksinya. Al
Qur’an adalah imam, yang dengan segala kelebihannya, akan membimbing
manusia yang dengan sungguh-sungguh mempelajarinya. Tidak ada yang perlu
sangat dicemaskan mengenai hal ini.
Maka dengan segala
kerendahan hati, penulis menerima koreksi bila terjadi pemaknaan yang
dinilai telah melampui batas. Semua terjadi karena keterbatasan penulis
yang masih belajar.
Di sisi lain, Lukman AQ Soemabrata, atau kami
singkat menjadi LAQS, telah menunjukkan bahwa penemuannya mampu
menghadirkan banyak hal. Tanpa deskripsi panjang lebar,menjadi teori
baru, ia menyusun metode yang dengannya murid-muridnya bisa belajar dan
mengaplikasikan sistem pola baca yang disusunnya.
Numerik Al
Qur’an LAQS paling tidak telah mengajukan dua hal, yaitu medis dan
psikologi Qur’ani. Dua hal yang dikenal dalam dua disiplin ilmu umum:
kedokteran dan psikologi, dalam lingkup akademis. Dalam pendekatan
numerik Al Qur’an, dua hal tersebut bersatu secara metodologis. Pada
penerapan terapi penyembuhan (medis), seseorang akan dibacakan ayat-ayat
disesuaikan dengan tipe masing-masing (psikologi).
Dalam
kesempatan ini, dua hal tersebut tidak disampaikan, penulis hanya
mengajukan sebuah paparan sederhana bagi pemula yang ingin berkenalan
dengan Numerik Al Qur’an. Sebagian bahan diambil dari uraian yang pernah
disampaikan oleh Lukman sendiri. Namun sebagian lagi oleh
murid-muridnya, salah satunya adalah dari Iskandar Soemabrata, adik dan
muridnya.